Kepulauan Mentawai
Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah
bagian dari provinsi Sumatera Barat yang mempunyai potensi alam berupa
hutan. sungai, rawa, laut dengan beragam suku yang mendiaminya dengan
tradisi unik. Empat pulau yang membentuk Kabupaten Kepulauan Mentawai
ini terdiri dari Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan ini
disebut juga dengan nama Bumi Sikerei, mengambil nama suku bangsa
setempat yang dapat mengobati orang sakit dengan memanggil roh-roh.
Terletak di lepas pantai Provinsi Sumatera Barat. Dari Padang dengan menumpang kapal laut memerlukan waktu tempuh 10-12 jam untuk sampai ke Pulau Siberut, pulau terbesar di Mentawai yang memiliki populasi sekitar 30.000 orang.
Kepulauan Mentawai menjadi salah tujuan wisata perualangan, wisata budaya dan wisata bahan yang menarik dan selalu tercantum pada setiap buku petunjuk wisata yang diterbitkan di luar negeri sebagai salah satu obyek wisata penting di Sumatera.
Wisata bahari menjadi andalan utama pariwisata Mentawai dan Pulau Siberut adalah pulau terbesar serta satu-satunya yang memiliki pelayaran reguler dengan Padang di daratan Sumartra Barat. Kondisi laut antara Siberut dan Sumatera Barat terkadang cukup sulit ditempuh kapal karena ombaknya yang besar, khususnya pada bulan Juni dan Juli. Pada saat ombak besar pelayaran bisa menjadi berbahaya.
Walaupun Pulau Siberut telah menjadi daerah kunjungan yang cukup populer sejak beberapa tahun belakangan ini, namun fasilitas bagi wisatawan masih sangat terbatas. Pelabuhan kapal terdapat di Muara Siberut, satu-satunya kota yang memiliki satu losmen. Toko-toko yang ada di Muara Siberut menyediakan kebutuhan penduduk dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan di Padang.
Masyarakat asli saku Mentawai yang hidup dalam budaya tradisi hanya ada di Pulau Siberut bagian pedalaman yaitu Desa Madobak, Ugai dan Matotonan. Untuk mencapai ke tiga desa itu jalur yang ditempuh biasanya melalui sungai dan jalan setapak dengan rute Muara Siberut-Rokdok-Madobak-Ugai-Matotonan dengan jarak tempuh 5-6 jam.
Wisatawan dapat bermalam di Uma sambil menyaksikan kehidupan masyarakat setempat yang masih asli mengenakan pakaian khas yang disebut Kbabit terbuat dari kulit kayu, tubuh yang dihiasi dengan Ti'ti atau tato yang memiliki makna dan seni yang sangat tinggi.
Kehidupan masyarakat, keunikan budaya, pemandangan alam, peninggalan sejarah dan gelombang ombaknya yang terdiri dari lima tingkat menjadikan Mentawai surga bagi para peselancar. Mereka juga bisa menikmati perjalanan atau treking, menempuh hutan tropis yang asli, menikmari gaya hidup masyarakat hutan yang masih murni menjelajahi daerah yang belum dilengkapi dengan infrastruktur.
Kepulauan Mentawai merupakan pulau-puku asli sejak kira-kira lima ratus ribu rahun yang lalu. Tidak terdapat petunjuk kapan orang pertama tiba di Kepulaun Mentawai tapi dari bahasa yang digunakan, tingkat kebudayaan dan ciri fisik mungkin suku Mentawai berasal dari Homo Sapien paling awal yang datang ke Indonesia.
Antropolog menggolongkan mereka ke dalam rumpun Pro Malay, kebudayaan Neolitik, sedikit zaman perunggu namun bukan Buddhisme, Hinduisme atau Islam. Kehidupan sosial masyarakatnya kini dipusatkan di sukitar Uma, satu rumah panjang yang dihuni oleh sekelompok orang dari nenek moyang yang sama.
Setiap keluarga yang terdiri dari 5-15 orang mempunyai bagian tetsendiri dan rumah lain di dalam hutan dekat ladang yang mereka garap. Penduduk Mentawai pada awalnya menganut paham Sabulungan yang percaya segala sesuatu dari manusia sampai kera, batu hingga cuaca mempunyai roh yang terpisah dari raganya dan bebas berkeliaran seperti yang dikehendakinya.
Desa Madobak menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung karena di sini masyarakatnya masih mempertahankan budaya dan kehidupan tradisional dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari seperti berburu, meramu obat, melaksanakan upacara keagamaan yang disebut Punen Puliaijat.Untuk mengobati orang sakit maka digunakan cara sikerei yaitu memanggil roh-roh.
Dusun lainnya dimana masyarakat masih mempertahankan tradisi adalah di Dusun Taikako Hulu yang berada di Desa Taikako, di Kecamatan Pagai Utara Selatan. Di saat budaya lain di Mentawai sudah betrakulturasi dengan budaya pendatang, Taikako Hulu masih mempertahankan keasliannya seperti tato yang menghiasi tubuh atau menyaksikan tarian asli suku Mentawai ini.
Menjelajah hutan, melewati jalur setapak di Taman nasional Siberut dengan fenomena alamnya yang luar biasa dapat menjadi petualangan yang menarik. Bermacam satwa liar endemik seperti monyet, tupai, musang, tikus, ular, kura-kura, jelutung dan sedikitnya 150 jenis burung termasuk burung hantu bisa ditemukan di hutan ini Begitu pula anggrek bulan, anggrek gunung, bunga bangkai (rafflesia) dan kayu gaharu.
Kulu Kubuk di desa Madobak terkenal pula dengan tempat pemandian alamnya yang sejuk. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan speedboat selama 4 jam dan wisatawan dapat menggunakan rumah penduduk untuk penginapan.
Danau Rua Oinan letaknya di tengah hutan di dusun Saumanganyak yang berbentuk muara dikelilingi pohon besar yang dapat dijadikan komoditi ekspor dalam bentuk kayu olahan. Masyarakat sekitar danau menanami pohon sagu di sekitar danau.
Air terjun Bat Soumang jaga menarik untuk dikunjungi meskipun masih sangat alami dan belum dilengkapi fasilitas karena letaknya di pedalaman dan airnya cukup deras dan berbahaya. Namun bagi petualang sejati lokasi yang dikelilingi hutan rotan dan kayu besar ini cocok untuk olahraga arung jeram. Lokasi air terjun ini tak jauh dari Dusun Bulasat.
Dusun Katiet di Desa Bosua di ujung paling Selatan Pulau Sipora dikenal dengan gulungan ombaknya yang paling sempurna dengan ketinggian 3-4 meter. Bisa ditempuh selama 4 jam dengan speedboat dari ibukota Kabupaten Tuapejat. Meski pantainya berkarang namun karena gulungan ombaknya sempurna maka banyak wisatawan yang mengunjunginya.
Selain tersedia banyak homestay, wisatawan juga bisa membeli beragam cinderamata. Tak jauh dari sini ada Teluk Bosua dengan gulungan ombak yang panjang dan puncak yang lebar sehingga menjadi tantangan bagi para peselancar.
Obyek wisata pantai di Mentawai memang banyak pilihan dan masing-masing dengan keunikannya. Pantai Pokai, misalnya, terletak di Desa Simalegi yang berjarak 3 jam perjalanan dengan speedboat dari ibukota kecamatan. Selain keindahan ombak dan pulaunya yang indah ada pulau lainnya yang berjarak lima menit dengan bersampan,
Di Kecamatan Siberut Selatan ada Pulau Nyang Nyang yang konon menurut para peselancar lokal maupun internasional yang pernah datang ke pulau ini ketinggian ombaknya tertinggi di dunia yaitu mencapai 4 meter. Pulau Nyang Nyang bisa ditempuh dua jam perjalanan dengan speedboat dari ibukota kecamatan.
Daerah lain yang ombaknya mencapai ketinggian itu adalah Mapaddegat antara 3-4 meter, Masosiu sekitar 1-4 meter, Masokut 1-4 meter dan Pototogat sekitar 2-3 meter yang terletak di Desa Katurei. Di sini tersedia homestay yang cukup memadai untuk wisatawan.
Pulau Karamajat yang letaknya masih di Desa Katurei ombaknya juga mencapai 2-4 meter dan dikenal dengan gulungan ombaknya yang sangat panjang. Di tempat ini tersedia pula penginapan/hamestay di atas keramba ikan atau disebut homestay terapung.
Pulau Koroniki, sekitar satu jam perjalanan dengan speedboat dari ibukota kecamatan juga tidak berbeda dengan Pulau Nyang Nyang dengan gulungan ombaknya yang tinggi. Namun berbeda dengan pulau-pulau lainnya adalah dasar lautnya berkarang dan memiliki tebing-tebing yang terjal menjadi daya tarik untuk olahraga panjat tebing. Rumah-rumah penduduk dapat menjadi penginapan untuk wisatawan yang datang.
Pulau Awera juga berpotensi unruk kegiatan wisata bahari berada tepat di depan ibukota Tuapejat. Tempat yang indah ini cocok untuk snorkeling dan diving untuk melihat keindahan alam bawah laut, bermacam karang dan ikan yang indah.
Di Kecamatan Pagai Utara dan Selatan juga ada Silabu dan Pittoijat dikenal dengan Tanjung Sinai yang tinggi ombaknya juga mencapai 4 meter. Lokasi ini dapat dicapai dengan speedboat dari ibukota kecamatan sekitar 3-4 jam. Di Pagai Selatan tepatnya di Dusun Sabbiret terlihat pulau Pittoijat. Ombaknya yang tinggi dan lokasinya yang terpisah dengan hunian penduduk membuat wisatawan dari Australia, Perancis dan Amerika nyaman dan betah berselancar di sini.
Teluk Sibigeu letaknya tak jauh dari Pittoijat, hanya 15 menit dengan berspeedboat. Pada musim ombak besar teluk yang oleh masyarakat setempat dinamakan Bagat Simarabuk ini juga banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
Kalau memilih tempat terbaik untuk menikmati tenggelamnya matahari di Mentawai bisa menuju Teluk Sinakak. Teluk yang terletak di Desa Sinanak ini jarak tempuhnya 3 jam dengan speedboat dari kecamatan dan di teluk ini juga ada pulau-pulau yang bisa dijadikan tempat rekreasi bersama keluarga karena keindahan pantai dan pasirnya yang putih.
Pulau Siruso juga sering dikunjungi untuk rekreasi keluarga karena lautnya yang jernih pantai dengan pasir putih cocok untuk berenang seharian. Untuk mencapainya harus menyewa speedboat karena tidak tersedia penginapan di pulau ini.
Pantai Bulasat berpasir putih juga terdapat di Dusun Bulasat. Desa Bulasat yang banyak dikunjungi wisatawan lokal terutama pada hari besar keagamaan. Walaupun agak jauh dari kecamatan dengan lama tempuh 2,5 jam namun dapat dicapai dengan kendaraan mobil atau motor melewati bukit-bukit yang indah sambil menyaksikan kebun nilam yang hijau dan menikmati buah durian atau kelapa muda yang dijajakan di sepanjang pantai.
0 komentar:
Posting Komentar